468x60 Ads


Rabu, 22 Oktober 2014

Membeli dengan Hati #2 by Ari Wijaya

Suatu malam, ketika sedang nonton ’KickAndy', ponsel Saya berdering. Ternyata panggilan dari teman kantor. Saya pindah ke kamar yang kosong. Dan mulai pembicaraan.
Dia menanyakan bagaimana status barang yang dia pesan. Sudah sampai dimana ? Kapan tiba ? Terjadi pembicaraan sengit. Saya memberikan penjelasan panjang lebar. Si penelpon menutup pembicaraan. Tidak menerima penjelasan Saya. Sedih rasanya. Saya keluar kamar dan ternyata anak Saya sedang menghampiri Saya. Duh, ini kayaknya gara-gara suara Saya yang keras. (Maklum pas SMP dan SMA duluuu... sering jadi komandan upacara). Dia menghampiri dan bertanya lirih.
“Pak, memangnya Bapak ngurusi barang. Beli barang gitu. Memang kerjaan Bapak ngapain aja di kantor. Selama ini gitu thok?”
“Iyo le (ya nak), memang tugas Bapak ya seperti itu, membelikan barang orang di kantor. Barang-barang kebutuhan kantor dan proyek. Ada yang impor ada yang dari dalam negeri”.
“Bapak di bagian pembeliankah ? Apa itu, aku pernah dengar, ehmm… purchasing ?”
“Ya, boleh disebut seperti itu. Tapi, Bapak bukan di purchasing tapi di procurement ?” jawab Saya.
“Nah.. lho, apa bedanya, Pak ?” Anak Saya terus mengejar. Penasaran.
Bisa jadi, Kita pun penasaran. Selama ini istilah itu seperti tidak ada bedanya.
Purchasing itu arti bebasnya adalah pembelian. Sedangkan, procurement dapat diartikan usaha mendapatkan barang/jasa atau sering disebut pengadaan.
Purchasing adalah proses memesan dan menerima barang dan/atau jasa. Prosesnya terdiri dari permintaan hingga mengeluarkan purchase order atau sering disebut PO kepada pihak lain. Hingga akhirnya menerima barang dan/ajas jasa yang dipesan. Proses purchasing ini bagian dari proses procurement. Prosesnya lebih sederhana. Sebagai contohnya, begini : Mas diminta Ibu beli beras rojolele ke toko seberat 50 kg. Mas lalu pergi ke toko, beli beras. Harga deal, sepakat. Dan berasnya diterima dengan baik, sesuai keinginan Ibu. Nah, itu proses pembelian atau purchasing. Sering bukan, Kita melakukannya ?
Nah, bagaimana dengan procurement ? Lebih kompleks dari purchasing. Di dalamnya ada kegiatan menentukan permintaan, kegiatan pencarian barang dan jasa (atau lebih sering disebut sourcing). Sourcing itu seperti apa ? Misalkan, melakukan penelitian pasar. Produsen dimana. Supaya tahu siapa pemasok atau supplier (sering juga disebut vendor). Harga pasar berapa. Melakukan penilaian terhadap kinerja pemasok. Ada juga negosiasi kontrak. Selanjutnya ditutup dengan proses purchasing tadi. Sehingga proses procurement lebih luas dan lebih panjang dari proses purchasing.
Sebagai contoh, pembelian beras rojolele tadi. Kita sebelum membeli, menggali informasi, dimana sumber penghasil beras. Siapa saja pemain atau pedagangnya. Berapa harga pasar. Kemudian, Kita temukan pedagang yang bonafid. Misalkan, memilih pedagang Delanggu. Kita melakukan negosiasi dan mendapatkan kesepakatan. Nah, setelahnya Kita order atau pesan. Beras diterima di tempat sesuai permintaan Kita. tepat jumlah. Tepat waktu. Jika Kita puas, maka Kita mengulang membeli dari pedagang tersebut. Jika tidak puas, ada yang tidak sesuai, Kita rundingkan. Jika tidak ada kata sepakat, Kita ganti pedagang. Analogi sederhanya seperti. Proses procurement jarang dilakukan untuk skala kecil. Biasanya dalam jumlah yang relatif lebih besar. Dan mempunyai syarat dan kondisi tertentu. Jadi procurement mempunyai cakupan yang relatif lebih luas.
Jika ingin mendapatkan informasi lebih detail silakan email ke : ariwijaya@gmail.com atau follow twitter saya di : @AriWijayaDj


Sameera ChathurangaPosted By Sameera Chathuranga

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat contact me

Thank You

0 komentar:

Posting Komentar